Pagi itu suasana cerah, sebuah truk yang sarat dengan barang pindahan masuk pekarangan sebuah rumah yang baru selesai di bangun. Melihat ada warga pindahan yang akan menjadi penduduk baru. Masyarakat bergegas membantunya, mereka sibuk mengangkut barang barang masuk ke dalam rumah. Setelah selesai. Pemilik rumah langsung berkenaln dan akrab dengan masyarakat. Nama saya Karta,saya pindahan dari kampung sawah, ini istri saya. Nita ujar Karta. Tau seorang ibu keluar dari rumah tersebut dengan menggengam sapu di tangan. Kalau ibu yang tua itu siapa? Tanya salah satu tetangga yang baru saja di salami Karta.
Ohh.....itu ibu saya, nama beliau Fatimah, suaminya sudah meninggal dunia, saya anak pertama, sehingga saya bertanggung jawab atas keluarga, terutama ibu. Jadi saya ajak ibu untuk tinggal bersama kami", cerita karta. Keluarga Karta tampak harmonis, masyarakatpun akrab dengan keluarga karta. Banyak tetangga yang memuji keluarga itu, karena jarang terdengar percekcokan. Akan tetapi siapa sangka, apa yang tampak di mata warga sekitar situ teryata berbeda dengan kenyataan.
Memang pada awalnya di keluarga itu tidak ada terjadi perseteruan. Namun di kemudian harinya ada saja masalah, hal hal yang remehpun bisa menjadi sumber masalah, terutama antara Ibu Fatimah dan istri Karta selalu saja terjadi perselisihan. Ibu Fatimah sering menerima cacian, hinaan fitnahan dari istri Karta.
Akan tetapi ibu Fatimah selalu sabar menerimanya, dia tidak pernah membalas perlakuan sang menantu. Harapan yang di idam idamkan untuk menghabiskan masa tuanya dengan anak, menantu dan cucu dalam keseharian yang di warnai bunga bunga kebahagiaan teryata pupus sudah.
Tetapi demi kasihnya untuk anak tercinta, dia rela menerima berbagai perlakuan yang tidak sewajarnya dari sang menantu. Eh tua bangka jangan enak enakan di sini ya....memangnya gak ada yang di kerjain, kerjanya cuma ngobrol saja! Bentak menantunya.
Padahal sang ibu sudah bekerja seharian penuh,namun ada saja yang salah pada dirinya.cacian , hinaan ,fitnahan selalu saja di tuduhkan ke dirinya.bahkan darah dagingnya sendiri yag ia lahirka, dirawat sejak kecil ikut membencinya.
Mas, saya tidak suka dengan ibu , masa seharian kerjanya cuma duduk duduk saja, saya kan capek sudah harus merawat anak kita si Dini, merapikan rumah,eh....ada yang lain bukannya ikut membantu kata Nita kepada suaminya. Sudahlah kamu tenang saja, nanti saya yang bicara kepada ibu.lama lama hilang juga kesabaran saya kepadanya, ucap Karta. Hasutan demi hasutan terus di tuduhkan kepada ibunya.
Tak tahan mendengar pengaduan istrinya. Karta yang tadinya tidak ambil pusing akhirnya menegur ibunya. hingga suatu malam terjadi pertengkaran yang hebat. Mas, saya sudah tak sanggup tinggal di ruamah ini , seperti di neraka saja, Saya atau dia yang keluar dari rumah ini. Kalau Mas tidak mengeluarin tua bangkat.
Itu dari rumah malam ini juga, saya yang akan keluar...tantan Nita. Karena termakan dengan fitnah istrinya, akhirnya Karta tega mengusir ibunya sendiri. Bu saya sudah tidak sanggup dengan sikap ibu, ada saja pertengakran yang muncul. Daripada rumah tangga saya hancur karena keberadaan ibu di rumah ini, lebih baik ibu keluar dari rumah ini malam ini juga, Ibu bisa tinggal dirumah Tini atau Tuti. Usir Karta.
Saya Tidak mau tahu, bagaimanapun caranya ibu harus meninggalkan rumah malam ini juga, bentak Karta tanpa risih lagi. Nak ibu akan keluar dari sini, akan tetapi malam sudah larut, bagaimana mungkin ibu pergi. Ijinkan ibu untuk tinggal malam ini saja, esok pagi ibu akan meninggalkan rumah ini, pinta ibu Fatimah. Lagi lagi istri Karta menyela, Mas, saya atau dia yang keluar meninggalkan rumah ini.
Karena Karta takut kehilangan istrinya yang di cintainya ,dia lebih rela ibunya yang harus keluar dari rumahnya. Padahal di rumah itu ibunya pun memiliki saham buat mengadakan rumah tersebut. Keluar ! saya tidak mau tahu ! Bentak Karta dengan bengis. Bahkan dengan sombongnya Karta.pun mendorong ibunya keluar rumah. Nita, istri Karta sendiri dengan angkuhnya , seakan akan menunjukkan dirinya bahwa dialah pemenangnya. Hanya berbekal beberapa potong pakaian ,tanpa di beri uang satu rupiah pun, ibu Fatimah Meninggalkan rumah itu.
"SAYA TIDAK AKAN RIDHO DUNIA AKHERAT AKAN PERLAKUANNYA KEPADAKU , KUHARAMKAN AIR SUSU YANG TELAH DIMINUMNYA , SEMOGA DIA DI BAKAR DI DUNIA DAN DI AKHERAT."
Kutuk ibu Fatimah. Dengan air mata yang terus mengalir di pipinya yang sudah mulai mengeriput, wanita tua itu terus menyelusuri jalan raya seorang diri. karena tidak membawa uang sepeserpun.
Bu Fatimah terpaksa berjalan kaki menuju rumah anaknya yang lain. Sejak kepergian ibunya, kehidupan rumah tangga karta bukanya bertambah harmonis. Bahkan belakangan Karta jatuh sakit, Sembilan bulan lamanya Karta Melawan sakit. Berawal hanya gatal gatal biasa, kemudian lama kelamaan tampak memerah di sekitar perutnya. Beberapa dokter dan paranormal telah ia datangi, namun pengobatanya yang ia jalani sia sia saja, tak ada hasilnya, bahkan harta yang ia miliki mulai habis untuk mengobati penyakit
itu.
Badan mulai mengurus,jalan pun sudah mulai tak sanggup, akhirnya ia berbaring lemah sepnjang waktu di ranjangnya, dari perutnya keluar cairan yang sangat bau. Teman teman dan para tetangganya pun mulai menjauh takut tertular dengan penyakit karta. Badanya tak bisa di gerak gerakkan kekanan ata kekiri karena akan menimbulkan rasa sakit yang amat sangat bila bergerak. Belakang tubuhnya mulai lecet lecet di sebabkan lama berbaring kaku di ranjang. Karta menyadari bahwa sakit yang dideritanya itu di sebabkan oleh sikapnya yang telah mendurhakai ibunya sendiri. Makanya ia pun meminta agar sang ibu datang kerumahnya agar ia bisa minta maaf kepada sang ibu.
Tolong panggilakan ibu saya, saya ingin bertemu denganya, saya telah berdosa kepadanya, ratap Karta. Karta menyadari bahwa sakit yang di deritanya itu di sebabkan oleh sikapnya yang telah mendurhakai ibunya sendiri. Maka diapun meminta agar sang ibu datang kerumahnya, agar dia bisa minta maaf kepada sang ibu. Tolong panggilkan ibu saya, saya ingin bertemu dengannya saya telah berdosa kepadanya, ratap Karta.
Maka di utuslah seorang tetangganya untuk meminta ibunya datang.namun sang ibu tidak bergeming. Hatinya terlalu sakit menerima perlakuan anaknya yang kurang ajar dan tidak tahu balas budi itu. Luka hatiku jauh lebih sakit dari apa yang ia derita, ujar ibu Fatimah menolak orang yang merayunya untuk datang menemui anaknya.orang itupun dengan langkah gontai pergi meninggalkan rumah Tini.
Sementara itu Karta di ranjangnya, Karta terus merasakan sakit yang amat sagat, Tubuh Karta meronta ronta kesakitan, matanya melotot , seakan ada mahkluk yang sangat menyeramkan di hadapanya. Mas,mas...kenapa mas?...istighfar mas,mas.....astaughfirlloh al'adziim.." ujar Nita sambil memegang tubuh Karta yang kian lama Hentakanya semakin keras. Nita sadar,suaminya sedang menghadapi sakarotul maut,ia pun menuntun suaminya dengan membaca kalimat Tahlil. Laa ilaaha illallah,...."berkali kali, dengan deraian airmata, Nita terus menuntun suaminya agar mengikuti ucapannya..
Sampai datang waktu subuh, Karta masih saja merasakan sakarotul maut. Nita pergi meninggalkan suaminya untuk menunaikan sholat subuh. Dengan air mata berlinang ia sujud memohon kepada Allah SWT,agar suaminya cepat di ambil nyawanya daripada harus tersiksa seperti itu. Pada pukul setengah enam, dengan mata yang sembab, Nita kembali masuk ke kamar suaminya.
Dipegangnya tubuh Karta,dingin sudah merayapi sekujur tubuhnya, Nafasnya tercekat di Leher,terdengar orokan panjang dari mulutnya. Tepat jam enam pagi, Karta menghembuskan Nafas Terakhirnya, dengan mata melotot, seolah olah melihat ke atas dan jari tangan yang membengkok kaku serta mulut yang menggangga lebar. Orang orang sibuk menyiapkan prosesi kematian Karta. Masyarakat sekitar datang berduyun duyun untuk bertakziah....
Baru melangkahkan kaki di pintu masuk, tercium bau yang tak sedap, padahal ruangan sudah di semprot wewangian, di setiap pojokan di letakkan kamper demi mengurangi bau tak sedap itu. Akan tetapi bau itu tetap saja ada.pelayat yang datang serta merta menutup hidung agar tak tercium bau tak sedap itu. orang orang yang memandikan jenazah pun terpaksa harus menggunakan masker agar tidak tercium bau tak sedap.anehnya air kotor dan bau yang keluar dari perut Karta tidak mau mengering.padahal perut itu sudah di tempelin berlapis lapis kapas.akhirnya orang orang yang mengurus jenazah langsung mengafani.
setelah selesai di sholatkan, jenazahpun di bawa ke tanah pemakaman dengan menggunakan mobil ambulance.sesampai di pemakaman liang lahat pun telah di persiapkan.setelah prosesi pemakaman selesai, tak beberapa lama, rombongan siap kembali ke mobil.tiba tiba datanglah beberapa laki laki yang tergesa gesa. saya tak mengijinkan mayat ini di kubur di tanah ini, karena kami membayar tanah di sekitar ini.
Tanah ini sudah menjadi kavling pemakaman keluarga kami. Saya mohon angkat jenazah itu sekarang juga. ujar orang itu. Tolonglah pak, mayat ini sudah di kubur, tidak mungkin kami gali lagi, jawab pak ustadz Abdulah.
Kami tidak mau tau, tanah ini sudah menjadi milik keluarga kami.kami minta di gali sekarang juga! ucap orang itu lagi dengan agak marah. Karena orang yang mengaku memiliki tanah kavling itu gak mau mengalah, akhirnya pihak keluarga karta terpaksa mengalah juga maka makam yang baru sekitar setengah jam di timbun itu pun di gali kembali untuk di pindahkan ketempat yang lain. Ketika papan penutup liang lahat di bongkar, maka jenazah karta pun tampak dari luar.
Semua orang tercengang melihat jenazah itu.Betapa tidak, kain kafan putih yang membalutnya berubah menjadi abu abu, seandainya kalau perubahan warna itu disebabkan oleh tanah makam yang berlumpur tentu warnanya coklat kemerahan, bukan abu abu. Hal ini tentu membuat tanda tanya besar di hati para pengantar jenazah.ketika mayat itu mendak di angkat,orang orang yang mengangkatnya keheranan.
Karena ukuran jenazah itu menjadi lebih pendek dari semula. Akibatnya bagian ujung kain kafan itu jadi tampak lebih panjang dari yang seharusnya. Pak ustadz, kain kafannya di buka dulu saja, sepertinya kok ada yang tidak beres? kata beberap orang. Maka kain kafan itu pun dibuka. Begitu kain kafan di terbuka, maka terkejutlah semua orang yang hadir. Betapa tidak Betapa tidak, mayat Karta yang baru dikubur Sekitar setengah jam, telah berubah menjadi hitam dan gosong seperti hangus terbakar.
Kakinya tertekuk ke dada. begitu juga tangannya juga tertekuk. Mayat itu bentuknya tidak lagi lurus melainkan berubah seperti monyet. Pantas saja kalau mayatnya seperti lebih pendek. Melihat kondisi jenazah yang mengerikan seperti itu, maka mereka segera membungkus kembali dengan kain kafan yang tadi, sementara beberapa orang mulai menggali lubang kubur baru yang letaknya di pinggir areal pemakaman dekat pagar batas.
Setelah penguburan selesai, satu persatu orang orang mulai meniggalkan makam itu. kini Karta seorang diri di lubang kuburnya. istri yang sangat di citai, yang di bela habis habisan pun tidak dapat menemaninya. Semakin Banyak Yang Menyebarkan Semakin Banyak Anak Yang Terselamatkan Tidak Berdurhaka Kepada Orang Tuanya....
Ohh.....itu ibu saya, nama beliau Fatimah, suaminya sudah meninggal dunia, saya anak pertama, sehingga saya bertanggung jawab atas keluarga, terutama ibu. Jadi saya ajak ibu untuk tinggal bersama kami", cerita karta. Keluarga Karta tampak harmonis, masyarakatpun akrab dengan keluarga karta. Banyak tetangga yang memuji keluarga itu, karena jarang terdengar percekcokan. Akan tetapi siapa sangka, apa yang tampak di mata warga sekitar situ teryata berbeda dengan kenyataan.
Memang pada awalnya di keluarga itu tidak ada terjadi perseteruan. Namun di kemudian harinya ada saja masalah, hal hal yang remehpun bisa menjadi sumber masalah, terutama antara Ibu Fatimah dan istri Karta selalu saja terjadi perselisihan. Ibu Fatimah sering menerima cacian, hinaan fitnahan dari istri Karta.
Akan tetapi ibu Fatimah selalu sabar menerimanya, dia tidak pernah membalas perlakuan sang menantu. Harapan yang di idam idamkan untuk menghabiskan masa tuanya dengan anak, menantu dan cucu dalam keseharian yang di warnai bunga bunga kebahagiaan teryata pupus sudah.
Tetapi demi kasihnya untuk anak tercinta, dia rela menerima berbagai perlakuan yang tidak sewajarnya dari sang menantu. Eh tua bangka jangan enak enakan di sini ya....memangnya gak ada yang di kerjain, kerjanya cuma ngobrol saja! Bentak menantunya.
Padahal sang ibu sudah bekerja seharian penuh,namun ada saja yang salah pada dirinya.cacian , hinaan ,fitnahan selalu saja di tuduhkan ke dirinya.bahkan darah dagingnya sendiri yag ia lahirka, dirawat sejak kecil ikut membencinya.
Mas, saya tidak suka dengan ibu , masa seharian kerjanya cuma duduk duduk saja, saya kan capek sudah harus merawat anak kita si Dini, merapikan rumah,eh....ada yang lain bukannya ikut membantu kata Nita kepada suaminya. Sudahlah kamu tenang saja, nanti saya yang bicara kepada ibu.lama lama hilang juga kesabaran saya kepadanya, ucap Karta. Hasutan demi hasutan terus di tuduhkan kepada ibunya.
Tak tahan mendengar pengaduan istrinya. Karta yang tadinya tidak ambil pusing akhirnya menegur ibunya. hingga suatu malam terjadi pertengkaran yang hebat. Mas, saya sudah tak sanggup tinggal di ruamah ini , seperti di neraka saja, Saya atau dia yang keluar dari rumah ini. Kalau Mas tidak mengeluarin tua bangkat.
Itu dari rumah malam ini juga, saya yang akan keluar...tantan Nita. Karena termakan dengan fitnah istrinya, akhirnya Karta tega mengusir ibunya sendiri. Bu saya sudah tidak sanggup dengan sikap ibu, ada saja pertengakran yang muncul. Daripada rumah tangga saya hancur karena keberadaan ibu di rumah ini, lebih baik ibu keluar dari rumah ini malam ini juga, Ibu bisa tinggal dirumah Tini atau Tuti. Usir Karta.
Saya Tidak mau tahu, bagaimanapun caranya ibu harus meninggalkan rumah malam ini juga, bentak Karta tanpa risih lagi. Nak ibu akan keluar dari sini, akan tetapi malam sudah larut, bagaimana mungkin ibu pergi. Ijinkan ibu untuk tinggal malam ini saja, esok pagi ibu akan meninggalkan rumah ini, pinta ibu Fatimah. Lagi lagi istri Karta menyela, Mas, saya atau dia yang keluar meninggalkan rumah ini.
Karena Karta takut kehilangan istrinya yang di cintainya ,dia lebih rela ibunya yang harus keluar dari rumahnya. Padahal di rumah itu ibunya pun memiliki saham buat mengadakan rumah tersebut. Keluar ! saya tidak mau tahu ! Bentak Karta dengan bengis. Bahkan dengan sombongnya Karta.pun mendorong ibunya keluar rumah. Nita, istri Karta sendiri dengan angkuhnya , seakan akan menunjukkan dirinya bahwa dialah pemenangnya. Hanya berbekal beberapa potong pakaian ,tanpa di beri uang satu rupiah pun, ibu Fatimah Meninggalkan rumah itu.
"SAYA TIDAK AKAN RIDHO DUNIA AKHERAT AKAN PERLAKUANNYA KEPADAKU , KUHARAMKAN AIR SUSU YANG TELAH DIMINUMNYA , SEMOGA DIA DI BAKAR DI DUNIA DAN DI AKHERAT."
Kutuk ibu Fatimah. Dengan air mata yang terus mengalir di pipinya yang sudah mulai mengeriput, wanita tua itu terus menyelusuri jalan raya seorang diri. karena tidak membawa uang sepeserpun.
Bu Fatimah terpaksa berjalan kaki menuju rumah anaknya yang lain. Sejak kepergian ibunya, kehidupan rumah tangga karta bukanya bertambah harmonis. Bahkan belakangan Karta jatuh sakit, Sembilan bulan lamanya Karta Melawan sakit. Berawal hanya gatal gatal biasa, kemudian lama kelamaan tampak memerah di sekitar perutnya. Beberapa dokter dan paranormal telah ia datangi, namun pengobatanya yang ia jalani sia sia saja, tak ada hasilnya, bahkan harta yang ia miliki mulai habis untuk mengobati penyakit
itu.
Badan mulai mengurus,jalan pun sudah mulai tak sanggup, akhirnya ia berbaring lemah sepnjang waktu di ranjangnya, dari perutnya keluar cairan yang sangat bau. Teman teman dan para tetangganya pun mulai menjauh takut tertular dengan penyakit karta. Badanya tak bisa di gerak gerakkan kekanan ata kekiri karena akan menimbulkan rasa sakit yang amat sangat bila bergerak. Belakang tubuhnya mulai lecet lecet di sebabkan lama berbaring kaku di ranjang. Karta menyadari bahwa sakit yang dideritanya itu di sebabkan oleh sikapnya yang telah mendurhakai ibunya sendiri. Makanya ia pun meminta agar sang ibu datang kerumahnya agar ia bisa minta maaf kepada sang ibu.
Tolong panggilakan ibu saya, saya ingin bertemu denganya, saya telah berdosa kepadanya, ratap Karta. Karta menyadari bahwa sakit yang di deritanya itu di sebabkan oleh sikapnya yang telah mendurhakai ibunya sendiri. Maka diapun meminta agar sang ibu datang kerumahnya, agar dia bisa minta maaf kepada sang ibu. Tolong panggilkan ibu saya, saya ingin bertemu dengannya saya telah berdosa kepadanya, ratap Karta.
Maka di utuslah seorang tetangganya untuk meminta ibunya datang.namun sang ibu tidak bergeming. Hatinya terlalu sakit menerima perlakuan anaknya yang kurang ajar dan tidak tahu balas budi itu. Luka hatiku jauh lebih sakit dari apa yang ia derita, ujar ibu Fatimah menolak orang yang merayunya untuk datang menemui anaknya.orang itupun dengan langkah gontai pergi meninggalkan rumah Tini.
Sementara itu Karta di ranjangnya, Karta terus merasakan sakit yang amat sagat, Tubuh Karta meronta ronta kesakitan, matanya melotot , seakan ada mahkluk yang sangat menyeramkan di hadapanya. Mas,mas...kenapa mas?...istighfar mas,mas.....astaughfirlloh al'adziim.." ujar Nita sambil memegang tubuh Karta yang kian lama Hentakanya semakin keras. Nita sadar,suaminya sedang menghadapi sakarotul maut,ia pun menuntun suaminya dengan membaca kalimat Tahlil. Laa ilaaha illallah,...."berkali kali, dengan deraian airmata, Nita terus menuntun suaminya agar mengikuti ucapannya..
Sampai datang waktu subuh, Karta masih saja merasakan sakarotul maut. Nita pergi meninggalkan suaminya untuk menunaikan sholat subuh. Dengan air mata berlinang ia sujud memohon kepada Allah SWT,agar suaminya cepat di ambil nyawanya daripada harus tersiksa seperti itu. Pada pukul setengah enam, dengan mata yang sembab, Nita kembali masuk ke kamar suaminya.
Dipegangnya tubuh Karta,dingin sudah merayapi sekujur tubuhnya, Nafasnya tercekat di Leher,terdengar orokan panjang dari mulutnya. Tepat jam enam pagi, Karta menghembuskan Nafas Terakhirnya, dengan mata melotot, seolah olah melihat ke atas dan jari tangan yang membengkok kaku serta mulut yang menggangga lebar. Orang orang sibuk menyiapkan prosesi kematian Karta. Masyarakat sekitar datang berduyun duyun untuk bertakziah....
Baru melangkahkan kaki di pintu masuk, tercium bau yang tak sedap, padahal ruangan sudah di semprot wewangian, di setiap pojokan di letakkan kamper demi mengurangi bau tak sedap itu. Akan tetapi bau itu tetap saja ada.pelayat yang datang serta merta menutup hidung agar tak tercium bau tak sedap itu. orang orang yang memandikan jenazah pun terpaksa harus menggunakan masker agar tidak tercium bau tak sedap.anehnya air kotor dan bau yang keluar dari perut Karta tidak mau mengering.padahal perut itu sudah di tempelin berlapis lapis kapas.akhirnya orang orang yang mengurus jenazah langsung mengafani.
setelah selesai di sholatkan, jenazahpun di bawa ke tanah pemakaman dengan menggunakan mobil ambulance.sesampai di pemakaman liang lahat pun telah di persiapkan.setelah prosesi pemakaman selesai, tak beberapa lama, rombongan siap kembali ke mobil.tiba tiba datanglah beberapa laki laki yang tergesa gesa. saya tak mengijinkan mayat ini di kubur di tanah ini, karena kami membayar tanah di sekitar ini.
Tanah ini sudah menjadi kavling pemakaman keluarga kami. Saya mohon angkat jenazah itu sekarang juga. ujar orang itu. Tolonglah pak, mayat ini sudah di kubur, tidak mungkin kami gali lagi, jawab pak ustadz Abdulah.
Kami tidak mau tau, tanah ini sudah menjadi milik keluarga kami.kami minta di gali sekarang juga! ucap orang itu lagi dengan agak marah. Karena orang yang mengaku memiliki tanah kavling itu gak mau mengalah, akhirnya pihak keluarga karta terpaksa mengalah juga maka makam yang baru sekitar setengah jam di timbun itu pun di gali kembali untuk di pindahkan ketempat yang lain. Ketika papan penutup liang lahat di bongkar, maka jenazah karta pun tampak dari luar.
Semua orang tercengang melihat jenazah itu.Betapa tidak, kain kafan putih yang membalutnya berubah menjadi abu abu, seandainya kalau perubahan warna itu disebabkan oleh tanah makam yang berlumpur tentu warnanya coklat kemerahan, bukan abu abu. Hal ini tentu membuat tanda tanya besar di hati para pengantar jenazah.ketika mayat itu mendak di angkat,orang orang yang mengangkatnya keheranan.
Karena ukuran jenazah itu menjadi lebih pendek dari semula. Akibatnya bagian ujung kain kafan itu jadi tampak lebih panjang dari yang seharusnya. Pak ustadz, kain kafannya di buka dulu saja, sepertinya kok ada yang tidak beres? kata beberap orang. Maka kain kafan itu pun dibuka. Begitu kain kafan di terbuka, maka terkejutlah semua orang yang hadir. Betapa tidak Betapa tidak, mayat Karta yang baru dikubur Sekitar setengah jam, telah berubah menjadi hitam dan gosong seperti hangus terbakar.
Kakinya tertekuk ke dada. begitu juga tangannya juga tertekuk. Mayat itu bentuknya tidak lagi lurus melainkan berubah seperti monyet. Pantas saja kalau mayatnya seperti lebih pendek. Melihat kondisi jenazah yang mengerikan seperti itu, maka mereka segera membungkus kembali dengan kain kafan yang tadi, sementara beberapa orang mulai menggali lubang kubur baru yang letaknya di pinggir areal pemakaman dekat pagar batas.
Setelah penguburan selesai, satu persatu orang orang mulai meniggalkan makam itu. kini Karta seorang diri di lubang kuburnya. istri yang sangat di citai, yang di bela habis habisan pun tidak dapat menemaninya. Semakin Banyak Yang Menyebarkan Semakin Banyak Anak Yang Terselamatkan Tidak Berdurhaka Kepada Orang Tuanya....
QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
BalasHapus-KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
1 user ID sudah bisa bermain 7 Permainan.
• BandarQ
• AduQ
• Capsa
• Domino99
• Poker
• Bandarpoker.
• Sakong
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• WA: +62 813 8217 0873
• BB : D60E4A61
• BB : 2B3D83BE